DTS-Hotnews, Pematangsiantar,- Demo tolak Undang-undang Omnibus Law Ciptaker di Pematang Siantar, Sumatera Utara berlangsung ricuh. Massa mahasiswa yang berunjuk rasa di depan Kantor DPRD Kota Siantar, Kamis (8/10), melempari polisi dengan batu.
Mahasiswa yang terdiri dari GMKI, PMKRI, HMI, IMM, PMII dan GMNI Dalam tuntutannya mereka meminta DPR RI berhenti membahas RUU Omnibus Law dan fokus menuntaskan persoalan pandemi Covid-19. Aksi sempat berlangsung tegang saat massa memaksa perwakilan anggota dewan menemui mereka.
Ketua GMKI Kota Pematangsiantar, May Luther Dewanto Sinaga menyebut membahas RUU Omnibus Law oleh DPR RI di masa pandemi Covid-19 adalah kekeliruan besar dan harus dihentikan karena merugikan rakyat kecil dan bermasalah secara substansi.
"Aksi kami yang tergabung dalam Cipayung plus adalah peringatan kepada pemerintah agar segera menghentikan pembahasan RUU Omnibus Law yang tidak pro kepada kepentingan rakyat," ujarnya.
Dalam pernyataan sikapnya para demonstran menegaskan RUU Omnibus Law hanya menguntungkan penguasa dan pengusaha. Mereka mencatat dalam poin RUU tertera penghapusan analisis dampak lingkungan atau amdal guna mendukung iklim investasi.
Awalnya unjuk rasa berjalan tertib, mahasiswa meminta kepolisian agar mengizinkan mereka masuk ke dalam gedung DPRD Siantar. Namun permintaan itu ditolak.
Kapolres Siantar AKBP Boy Siregar menejalaskan, seluruh anggota DPRD Siantar sedang tidak berada di kantor karena melayat ke rumah duka Kajari Herrus Batubara. "Tidak ada anggota dewan di dalam. Kebetulan bapak Kajari Siantar meninggal dunia, jadi (anggota DPRD) melayat ke sana," terangnya di depan mahasiswa.
Penjelasan itu ditolak mentah-mentah mahasisiwa. Mereka tetap ingin masuk ke dalam kantor wakil rakyat itu. "Kalau mereka tidak ada, maka kami yang akan menempati," pekik seorang mahasiswa.
Situasi menjadi tidak kondusif. Barisan massa merangsek masuk ke dalam gedung perkantoran itu. Polisi yang berjaga sempat kewalahan dan berjatuhan.
Brimob Sub II Den B Pematang Siantar yang sudah tiba di lokasi langsung menambah pertahanan. Mahasiswa sempat mundur dan berorasi kembali.
Berselang kemudian, lemparan batu dan botol air mineral mengudara ke arah aparat keamanan. Bentrok kedua pihak tak dapat dielakkan. Sejumlah Polisi mengalami luka-luka akibat terkena lemparan batu.
Sementara pihak mahasiswa mendapat tekanan aparat jaga dan terkena pukulan. Polisi dan mahasiswa yang terluka langsung dilarikan untuk mendapat perawatan medis.
0 Komentar